Nieuw Guinea Raad membangkitkan kembali 06 December 2021
NIEUW GUINEA RAAD
Sejarah mencatat bahwa proses kebangsaan Papua menuju sebuah negara yang merdeka, pernah terjadi pada tahun 1961 dibawah resim kolonialisme Belanda, Dimana saat itu Belanda Sebagai penjajah di teritorial West Papua (Nederland Niuew Guinea), saat itu pula desakan PBB (pasal 73 DT piagam PBB) memiliki tanggungjawab dalam mempersiapkan bangsa Papua Barat untuk menentukan nasibnya sendiri.
Proses menuju penentuan nasib sendiri bangsa Papua, terlihat dari 20 tahun program pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah Belanda atas teritorial Nederland Nieuw Guinea yang kini West Papua, sebagai langkah persiapan pembentukan negara Papua.
setelah 10 tahun persiapan (1951-1961) pemerintah Nederand Nieuw Guinea membentuk Nieuw Guinea Raad/NGR (5 April 1961) Sebagal lembaga representasi rakyat Papua untuk mengawal semua proses politik dan pembangunan di bangsa Papua Barat.
Dengan lahirnya NGR sebagai lembaga representasi politik bangsa Papua Barat, maka rakyat Papua yang tergabung dalam Komite Nasional Papua (KNP) merumuskan konsep Kebangsaan Papua dalam sebuah manifesto Politik Bangsa Papua yang berisikan atribut-atribut kenegaraan seperti nama bangsa Papua “West Papua” bendera bangsa “Bintang Fajar” lagu kebangsaan “Hai Tanahku Papua”, lambang Negara “Burung Mambruk, dan semboyan bangsa “One People, One Soul”. Manifesto politik bangsa Papua kemudian dibawa dan ditetapkan oleh Niuew Guinea Raad pada 19 Oktober 1961.
Selanjutnya pada 1 Desember 1961, proses perwujudan kedaulatan bangsa Papua Barat dideklarasikan dengan sebuah upacara pengibaran bendera bintang Fajar.
Peristiwa pengibaran bendera Bintang Fajar itu merupakan perwujudan status kedaulatan bangsa Papua yang merdeka secara defacto karena, diakui oleh pemerintah Belanda sebagai penjajah atas Papua dan juga disaksikan oleh beberapa Negara seperti New Zealand, Australi dan Polandia.
Secara yuridis, atribut Kenegaraan bangsa Papua yang ditetapkan oleh NGR adalah, sah dimata hukum karena Belanda secara sadar menjadikan NGR sebagai alat politik untuk menjawab hak penentuan nasib sendiri bangsa Papua sesuai tuntutan hukum yang termuat dalam Piagam PBB Pasal 73 Resolusi 1514 tahun 1960.
Secara politik, NGR adalah induk dari semua proses kebangsaan Papua yang sengaja di tenggelamkan oleh kepentingan Kolonialisme indonesia dan Kapitalisme global.
Untuk itu, NGR perlu dihidupkan kemball sebagai rumah bangsa Papua dan juga sebagai alat politik untuk mengawal semua proses politik sampai pada terpenuhinya penentuan nasib sendiri bangsa Papua.
Oleh sebab itu, pada tahun 2012 Parlemen Nasional West Papua (PNWP) dibentuk sebagal wujud dari pada Nieuw Guinea Raad 1961 untuk mengawal seluruh proses perjuangan Papua. Akan tetapi melihat dinamika politik yang terjadi selama 7 tahun terakhir, PNWP tidak lagi menjalankan fungsinya sebagai lembaga politik bangsa Papua yang membawahi roh dan spirit dari Niuew Guinea Raad.
Untuk itu melalui konferensi ke II PNWP yang digelar di kabupaten Yalimo Pegunungan tengah Papua, pada tanggl 21-23 Juli 2021, 28 Parlemen Rakyat Daerah telah merekontruksi struktur kelembagaan PNWP dan melahirkan beberapa keputusan diantaranya:
1. Mengangkat tuan Aminus Balingga sebagai ketua menggantikan kepemimpina lama tn. Buchtar Tabuni.
2. Ketua PNWP keluar dari keanggotaan ULMWP,
3. Parlemen Nasional West Papua (PNWP) dirubah menjadi Nieuw Guinea Raad (NGR) untuk menjalankan fungsinya sebagai lembaga bangsa yang utuh untuk mengawal semua proses Perjuangan.
4. Mengakui MSN (Mogok Sipil Nasional) sebagai agenda Nasional bangsa Papua.
5. Dan sebagai manifestasi perjuangan bangsa Papua tahun 1961, NGR sebagai lembaga politik bangsa Papua, mengakui KOMNAS TPNPB adalah militer satu-satunya di Papua Barat yang berjuang untuk merebut kedaulatan bangsa yang dirampas oleh kolonialisme Indonesia.
Meepago, 06 Desember 2021
NIEUW GŲINEA RAAD
AMINUS BALINGGA
Ketua
Follow the English Version:
NIEUW GUINEA RAAD
History records that the process of the Papuan nationality towards an independent country, occurred in 1961 under the Dutch colonialism regime, where at that time the Netherlands was the colonizer in the territory of West Papua (Nederland Niuew Guinea), at the same time pressured by the United Nations (Article 73 DT of the UN charter) has a responsibility in preparing the West Papuan people to determine their own destiny.
The process towards self-determination of the Papuan people can be seen from the 20 years of education and training programs carried out by the Dutch government over the territory of Nederland Nieuw Guinea, which is now West Papua, as a preparation step for the formation of the state of Papua.
After 10 years of preparation (1951-1961) the government of Nederand Nieuw Guinea established the Nieuw Guinea Raad/NGR (5 April 1961) as a representative institution for the Papuan people to oversee all political processes and development in the West Papuan nation.
With the birth of the NGR as an institution for political representation of the West Papuan nation, the Papuan people who are members of the Papuan National Committee (KNP) formulate the concept of the Papuan Nationality in a Papuan Nation Political manifesto which contains state attributes such as the name of the Papuan nation “West Papua” the flag of the nation ” Morning Star”, the national anthem “Hai Tanahku Papua”, the symbol of the state “The Mambruk Bird, and the national motto “One People, One Soul”. The political manifesto of the Papuan nation was then brought and adopted by the Niuew Guinea Raad on 19 October 1961.
Furthermore, on December 1, 1961, the process of realizing the sovereignty of the West Papuan nation was declared with a ceremony of raising the Morning Star flag.
The event of the raising of the Morning Star flag was a manifestation of the sovereign status of the de facto independent Papuan nation because it was recognized by the Dutch government as the colonizer of Papua and was also witnessed by several countries such as New Zealand, Australia and Poland.
Juridically, the attributes of the Papuan nation state set by the NGR are legal in the eyes of the law because the Dutch consciously made the NGR a political tool to answer the Papuan people’s right to self-determination in accordance with the legal demands contained in the UN Charter Article 73 of Resolution 1514 of 1960.
Politically, NGR is the mother of all Papuan national processes that are deliberately drowned out by the interests of Indonesian colonialism and global capitalism.
For this reason, NGR needs to be revived as the home of the Papuan nation and also as a political tool to oversee all political processes until the fulfillment of Papuan self-determination.
Therefore, in 2012 the West Papua National Parliament (PNWP) was formed as a form of the 1961 Nieuw Guinea Raad to oversee the entire process of the Papuan struggle. However, looking at the political dynamics that have occurred over the last 7 years, the PNWP is no longer carrying out its function as a Papuan political institution that oversees the spirit and spirit of the Niuew Guinea Raad.
For this reason, through the second PNWP conference which was held in Yalimo Regency, the Central Mountains of Papua, on 21-23 July 2021, 28 Regional People’s Parliaments reconstructed the PNWP institutional structure and produced several decisions including:
1. Appointed Mr. Aminus Balingga as chairman replacing the old leadership, Mr. Buchtar Tabuni.
2. The head of the PNWP leaves the ULMWP membership,
3. The National Parliament of West Papua (PNWP) was changed to Nieuw Guinea Raad (NGR) to carry out its function as a complete national institution to oversee all processes of the Struggle.
4. Recognize the MSN (National Civil Strike) as the National agenda of the Papuan nation.
5. And as a manifestation of the struggle of the Papuan people in 1961, the NGR as a political institution for the Papuan nation, recognizes that the National Military Command (Komnas TPNPB) is the only military in West Papua that is fighting to seize the nation’s sovereignty that was seized by Indonesian colonialism.
Meepago, 06 December 2021
AMINUS BALINGGA
Chairman
NIEUW GUINEA RAAD Sejarah mencatat bahwa proses kebangsaan Papua menuju sebuah negara yang merdeka, pernah terjadi pada tahun 1961 dibawah resim kolonialisme Belanda, Dimana saat itu Belanda Sebagai penjajah di…